Cari Blog Ini

Kamis, 04 Januari 2018

Mengaku BEBESU (Benci-Benci Suka)

Pada awalnya: Dari pandangan pertama, kamu bisa mengklaim suka.
Pendekatan: Lalu kamu mengulang memandang berlanjut-lanjut, mengamati dia (dan dia).
Kesadaran: Dan kamu mendapati sentimen lain datang berbaur dengan suka yang telah ada.

Persimpangan jalan pun menyapa:
Kecewa, putus, dan melupakan semua.
Semakin penasaran, semakin suka, dan mencoba meniti jalan yang sama.
Atau mengaku bahwa kamu benci-benci suka.

๐Ÿ˜๐Ÿ˜๐Ÿ˜
Aku bukan Zarry Hendrik atau Dwitasari. Aku tak mampu menjadi penjual gegalauan romansa. Aku bukan pehobi yang gemar menulis cowok-cewek cinta-cintaan. Aku bukan selebtwit penebar status kisah kasih manis-pahit.

Dan goresan di internet ini, bukan upayaku untuk mencoba bercerita seperti mereka: Ini bukan ungkapan-ungkapan tentang para pelaku cinta dan curhat romantis mereka. “Benci” dan “Suka” yang aku pilih sebagai judul tidak mencerminkan hal-hal seperti itu.

Salah judul? Bukan. Tulisan ini memang akan mengutarakan apa yang ada di pikiranku tentang sesuatu yang menyangkut benci dan suka. Ini tulisanku tentang para pelaku philia-sophia [Selanjutnya akan aku sebut Mereka]. Juga kemungkinan pandangan orang-orang terhadap Mereka.

“Wah, hebat.” Mungkin itulah yang akan kudengar dari beberapa orang terhadap Mereka. Orang-orang yang mengangkat Mereka  menjadi kebanggaan. Sebut saja orang-orang itu sebagai para pembangga.

Nama-nama Mereka akan digunakan para pembangga untuk mendaku bahwa: “Dari kelompok kami juga bisa berkarya dan bercipta.” Para pembangga akan berkata, “Kami suka akan eksistensi Mereka. Kami suka karena melimpah-bagusnya prestasi Mereka.

Itulah yang aku rasa dilihat para pembangga saat melihat Mereka pada awalnya. Saat para pembangga melihat profil Mereka, saat para pembangga melihat permukaan riwayat Mereka. Mungkin pula, aku pikir, karena nama, ada yang menjadikan Mereka sebagai auto-favorit dan auto-like.

Kurasa ini semacam “suka pada pandangan pertama.” ๐Ÿ˜€. Aku sebut, “Sekali pandang saja, lalu otomatis bangga bin suka pada Mereka.” Hal itu, kurasa akan terus terjadi bila para pembangga hanya sekali memandang Mereka.

Aku rasa akan lain ceritanya apabila para pembangga mencaritahu siapa Mereka lebih dalam. Melihat profil Mereka lebih lanjut. Memandang riwayat Mereka lebih dalam, bukan hanya di permukaan saja.

Menguliti isi kepala Mereka. #kemudianheningsesaat. Para pembangga, aku rasa, akan bertanya: “Apa-apaan ini?”

Maka para pembangga akan ada yang berpikir: Pikiran Mereka wajib dicurigai dan diawasi. Hebat sih kepala Mereka yang mampu mencatatkan tinta-tinta emas, tapi kalau itu ada bersamaan dengan pikiran memusingkan, buat apa? Jauhi hal-hal yang mendekatkan kita pada kesesatan.๐Ÿ˜ 
Inilah kelompok yang menyatakan putus dengan Mereka.

Maka para pembangga akan ada yang berpikir: Pikiran Mereka menarik dan membuat penasaran, menyalakan api semangat untuk mempelajarinya lebih dalam. Kepala Mereka yang hebat itu terbukti menciptakan prestasi mumpuni. Dekati hal-hal yang mendatangkan kita pada kebaikan.๐Ÿ˜Š
Inilah kelompok yang menyatakan akan meniti jalan yang sama dengan Mereka.

Maka para pembangga akan ada yang berpikir: Pikiran Mereka memeningkan kepala. Tapi karya Mereka bagus dan besar manfaatnya. Tapi pikiran Mereka berbahaya. Tapi karya Mereka membuat bangga. Tapi pikiran Mereka wajib diwaspadai. Tapi karya Mereka cocok untuk diungkit-ungkit dan diceritakan. Tapi apa pikiran Mereka pantas didekati? Tapi.... Tapi.... Jadi gimana dong?๐Ÿ˜Ÿ
Inilah kelompok yang menyatakan benci-benci suka pada Mereka.

BEBESU, oleh @RKAwan_47

Tidak ada komentar:

Posting Komentar