Cari Blog Ini

Kamis, 03 Oktober 2019

Meditations & Patung Berkuda “Kaisar Bersama” Romawi Marcus Aurelius


Mungkin anda telah mengenal istilah ATM bersama ataupun rekening bersama. Namun bagaimana dengan sebutan “Kaisar Bersama”? Apa maksudnya? Bila anda menebak bahwa istilah tersebut digunakan kepada dua orang yang sama-sama memiliki takhta atas suatu kerajaan pada periode yang bersamaan, tebakan anda benar.

Melihat judul tulisan ini, siapa yang menjadi Kaisar Bersama selain tokoh yang bernama Marcus Aurelius? Lalu apa hubungannya Marcus Aurelius dengan Meditasi dan Patung Berkuda? Pertama, mari kita simak biografi Marcus Aurelius dari kelahiran hingga pernikahannya

Marcus Aurelius
Marcus Aurelius. Sumber: everydaypower.com
Imperator Caesar Marcus Aurelius Antoninus Augustus adalah seorang Kaisar Romawi yang bertakhta saat ia berusia 40 tahun, dari tahun 161 hingga ia wafat pada tahun 180. Ia merupakan penguasa terakhir di antara para Kaisar yang mendapat sebutan “Lima Kaisar yang Baik”, setelah Nerva, Trajan, Hadrianus, dan Antoninus Pius.

Dia dilahirkan dengan nama Marcus Annius Catilius Severus pada tanggal 26 April 121, nama Marcus Aurelius sendiri diperoleh setelah ia menjadi Kaisar Romawi. Ayahnya bernama Marcus Annius Verus(III) dan ibunya bernama Domtioa Lucilla. Ayahnya wafat saat ia baru berusia tiga tahun. Dari ingatannya akan ayahnya –meski terbatas, juga dengan kabar dari orang-orang perihal reputasi ayahnya, Marcus Aurelius menulis di karya terkenalnya yang berjudul Meditations bahwa ia belajar kesopanan dan kemartabatan dari ayahnya.

Marcus Aurelius adalah anak ipar laki-laki Hadrianus dan kemenakan Antoninus Pius. Hadrianus  dan Antonius Pius pernah menjadi kaisar Romawi, masing-masing pada tahun 117 hingga 138 dan 138 hingga 161. Ketika anak angkat pertama Hadrianus, Aelius Verus meninggal dunia, Hadrianus menetapkan prasyarat kepada penggantinya agar Antoninus mengadopsi Marcus (yang saat itu bernama Marcus Annius Verus) dan Lucius Verus (anak laki-laki Aelius Verus), dan mengatur agar mereka menjadi calon penggantinya. Antoninus melaksanakan prasyarat tersebut, mengadopsi, dan menetapkan mereka sebagai calon-calon penggantinya pada 25 Februari 138, ketika Marcus Aurelius baru berusia 17 tahun.

Marcus Aurelius menikah pada tahun 145, ketika ia berusia 24 tahun, yang sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 138. Pada saat pernikahan dengan istrinya yang bernama Annia Galeria Faustina Minor, ia mengambil nama Marcus Annius Verus. Secara hukum Romawi, Marcus Arurelius menikahi saudarinya sendiri, karena Faustina merupakan anak kandung Antonius Pius.

Dua anak angkat menjadi Kaisar Bersama
Setelah Antoninus wafat pada tahun 161, Marcus Aurelius secara otomatis naik takhta sebagai penguasa tunggal Romawi, dengan upacara-upacara formalitas akan diadakan secepatnya. Dalam waktu dekat, Senat Romawi juga akan membeinya nama Augustus dan gelar Imperator, dan ia juga akan diangkat sebagai Pontifex Maximus, Imam Kepala kultus resmi Romawi.

Namun Marcus Aurelius menunjukkan sedikit keberatan, kemungkinan karena ia merasakan horror imperii, kekhawatiran ketika akan mendapatkan kekuasaan yang besar. Menurut pandangan pribadinya, Marcus Aurelius merasa bahwa kehidupan sebagai Kaisar tidak menarik. Namun, dengan filsafat Stoa yang ia tekuni, Marcus Aurelius juga berpikir bahwa menjadi Kaisar adalah tugas yang harus ia terima dan ia kerjakan sebaik mungkin.
[**Mungkin karena ini pula Marcus Aurelius dapat menjadi pemimpin yang baik dan menjadi salah satu penguasa yang mendapat sebutan “Lima Kaisar Yang Baik”**]

Kuat kemungkinan Marcus Aurelius berusaha melaksanakan rencana suksesi yang telah dicanangkan Hadrianus. Meski Senat telah berencana mengangkat Marcus Aurelius sebagai Kaisar tunggal, ia menolak kecuali Lucius Verus menerima takhta yang sama. Senat menerima permintaan Marcus Aurelius tersebut, memberi Lucius imperium, kekuatan yudikatif, dan nama Augustus. Karena hal ini, untuk pertama kali dalam sejarah, Romawi memiliki dua Kaisar: Marcus Aurelius dan Lucius Verus.
Lucius Verus. Sumber: en.wikipedia.org
Meski memiliki status jabatan yang sama, secara de facto Marcus Aurelius memegang lebih banyak auctocritas atau otoritas yang lebih dibanding Lucius Verus. Marcus Aurelius telah menjadi consul lebih lama daripada Lucius, telah membantu Antoninus selama masih menjadi Kaisar, dan Marcus Aurelius-lah satu-satunya yang menjabat Pontifex Maximus. Jelas bagi rakyat Romawi, Kaisar mana yang lebih berpengaruh dalam kekaisaran saat itu; sementara Verus sendiri mematuhi Marcus, seperti halnya letnan patuh kepada gubernur atau gubernur patuh kepada Kaisar.

Sama seperti halnya Marcus Aurelius, Lucius Verus memegang jabatannya higga ia meninggal pada tahun 169. Baik Marcus Aurelius dan Lucius Verus, setelah wafat dijadikan dewa(apotheosis) oleh Senat Romawi.

Meditations Marcus Aurelius
Marcus Aurelius, selain sebagai Kaisar Romawi, dikenal pula sebagai penganut filsafat aliran Stoisisme atau Stoa. Selama ia hidup, Marcus Aurelius membuat tulisan berisi catatan pribadi dan gagasannya mengenai filsafat Stoisisme yang ia anut. Karya yang kini kerap disebut sebagai Meditations merupakan salah satu karya yang memiliki pengaruh besar hingga kini –khususnya bagi peminat filsafat Stoa.

Meditations. Sumber: baumanrarebooks.com
Catatan Marcus Aurelius tersebut dalam bahasa Yunani abad pertengahan disebut Τ ες αυτόν (Ta eis heauton) yang secara literal berarti “Hal-hal untuk diri sendiri”. Marcus Aurelius menulis Meditationes dalam bahasa Yunani Koine –bahasa Yunani pada masa pasca klasik, nama lain bahasa ini antara lain bahasa Yunani Umum atau bahasa Yunani Perjanjian Baru. Ada kemungkinan sebagian besar tulisannya dibuat di Sirmium, pada tahun 170 hingga 180, saat ia disibukkan dengan rencana kampanye militernya. Beberapa tulisannya dibuat saat ia ditempatkan di Aquincum selama kampanye militer di Pannonia.

Para ahli memperkirakan bahwa Marcus Aurelius tidak pernah berniat menyebarkan tulisan-tulisannya dan kumpulan karya ini juga tak memiliki judul resmi, jadi "Meditations" adalah salah satu dari beberapa judul yang biasa diberikan oleh para ahli. Karena ditulis hanya untuk pribadi dan bukan untuk orang lain, Meditations tidak ditulis dalam urutan kronologis. Meditations ditulis dengan gaya penulisan yang sederhana dan jelas.

Meditations terbagi menjadi 12 jilid. Berikut jumlah paragraf tiap bagian Meditations, berdasarkan versi terjemahan oleh George Long pada tahun 1862:   
Meditations I, terdiri dari 17 paragraf
Meditations II, terdiri dari 17 paragraf
Meditations III, terdiri dari 16 paragraf
Meditations IX, terdiri dari 51 paragraf
Meditations V, terdiri dari 36 paragraf
Meditations VI, terdiri dari 59 paragraf
Meditations VII, terdiri dari 75 paragraf
Meditations VIII, terdiri dari 61 paragraf
Meditations IX, terdiri dari 42 paragraf
Meditations X, terdiri dari 38 paragraf
Meditations XI, terdiri dari 39 paragraf
Meditation XII, terdiri dari 36 paragraf

Patung Berkuda Marcus Aurelius
Patung Berkuda Marcus Aurelius di Campidoglio. Sumber: pixels.com/
Patung Berkuda Marcus Aurelius adalah patung berkuda Romawi kuno yang terletak di salah satu dari Tujuh Bukit Roma, Bukit Capitoline, di Italia. Patung tersebut terbuat dari perunggu, dengan tinggi mencapai 4,24 m.  Sebenarnya patung yang asli telah direstorasi dan kini disimpan dan dipajang di Museum Capitoline, sementara yang sekarang terpasang di luar ruangan Piazza del Campidoglio merupakan replika yang dibuat pada tahun 1981.

Patung Berkuda Marcus Aurelius yang asli di Museum Capitoline. Sumber: ancient.eu
Patung ini diperkirakan dibuat sekitar tahun tahun 175. Lokasi asli patung ini masih menjadi perdebatan para sejarawan: antara di Forum Romanum, atau di Piazza Colonna. Forum Romanum adalah situs sejarah sebuah forum/plaza berbentuk persegi yang dikelilingi oleh reruntuhan sejumlah bangunan pemerintahan kuno di pusat kota Roma. Piazza Colonna adalah sebuah piazza yang terletak di Rionne of Colonna, di kota Roma. Nama Piazza Colonna diambil dari Monumen/Pilar Kemenangan Marcus Aurelius, pilar setinggi 39,7 meter yang telah dibangun di tempat tersebut sejak tahun 193.

Bila diperhatikan, patung berkuda ini memiliki gestur tangan adlocutio, seperti halnya patung Prima Porta Augustus Kaisar pertama Romawi. Adlocutio sendiri adalah pose dengan mengangkat tangan kanan, dengan maksud menyapa pasukan. Di patung tersebut, ditampilkan Marcus Aurelius mengendarai kuda tanpa sanggurdi, yang waktu itu belum dikenal di Eropa. Kain pelana yang ditunjukkan patung tersebut sebenarnya berasal dari Sarmatian, menunjukkan bahwa kuda itu adalah kuda Sarmatian dan bahwa patung itu diciptakan untuk menghormati kemenangan atas orang-orang Sarmati oleh Marcus Aurelius –di mana setelah kemenangan itu Marcus Aurelius juga mendapat sebutan "Sarmaticus".
[**Baca juga: Review Filosofi Teras Karya Henry Manampiring yang menampilkan ilutrasi Marcus Aurelius berkuda dengan pose adlocutio**]

Menurut beberapa sejarawan, pada awalnya di patung tersebut terdapat musuh yang ditaklukkan. Kisah dari abad pertengahan Mirabilia Urbis Romae mencatat ada sosok kecil kepala suku barbar yang terikat yang meringkuk di bawah kaki kanan depan kuda. Penggambaran seperti itu dimaksudkan untuk menggambarkan Kaisar sebagai pemenang dan penakluk. Namun, Marcus Aurelius yang di patung tersebur ditampilkan tanpa senjata atau baju besi, sepertinya lebih menunjukkan pesan bahwa Marcus Aurelius adalah pembawa kedamaian dbanding sebagai pahlawan militer –hal itu juga sesuai dengan bagaimana Marcus Aurelius melihat dirinya sendiri dan pemerintahannya.

Dalam sejarah Romawi, sebenarnya banyak dibuat patung berkuda Kaisar lainnya. Namun patung-patung tersebut jarang yang bertahan sampai sekarang, karena pada masa itu ada praktek yang lazim yang berupa peleburan patung-patung perunggu untuk digunakan kembali sebagai bahan koin atau untuk membuat patung-patung yang baru. Lebih dari 20 patung berkuda berbagai Kaisar dan jenderal yang terbuat dari perunggu telah dilebur sejak berakhirnya era Kekaisaran Romawi, sementara Patung Berkuda Marcus Aurelius sendiri bisa selamat karena salah pengidentifikasian: patung tersebut dikira sebagai patung Konstantinus I atau Konstantinus Agung (272-337).

1 komentar: