Cari Blog Ini

Kamis, 03 Oktober 2019

Apuleius, Sang Pengembara Kelompok Misteri Rahasia Kuno

Lucius Apuleius dari Madaurus. Sumber: en.wikipedia.org
Apuleius, adalah seorang orator, filsuf Platonis, dan penulis berbahasa Latin. Ia hidup pada sekitar abad 1 Masehi. Selama Apuleius hidup, Romawi berada di bawah pimpinan Kaisar Hadrianus, Kaisar Antoninus Pius, dan Kaisar Marcus Aurelius. Apuleius kerap disebut juga sebagai Lucius Apuleius Madaurensis, dimana sebutan Lucius diambil dari nama tokoh utama dalam salah satu karya yang ditulis Apuleius.

Apuleius belajar filsafat Platonisme di Yunani, berpetualang ke Asia Minor (sekarang wilayah sekitar Turki-Yunani), Italia, dan Mesir. Ia mahir bahasa Yunani dan Latin, serta memiliki pengetahuan mendalam akan berbagai bacaan dari dua bahasa tersebut. Ia telah menulis beberapa karya, salah satunya adalah novel berjudul The Golden Ass (Keledai Emas). Apuleius juga berinisiasi (mystai) ke beberapa kelompok kultus Misteri Yunani-Romawi.
[**Baca juga entri lain di blog ini tentang inisiasi: Saya dan Insan-Insan Theosofi IndonesiaINISIASI, Sebuah Sajak FilsafatReview Occult Forces, Film NAZI bertema Propaganda anti-Freemason **]

Biografi Apuleius
Apuleius lahir sekitar tahun 124, di Madaurus (sekarang bernama M’Daourouch, yang terletak di negara Aljazair). Madaurus saat itu merupakan colonia, atau kota Romawi yang pada awalnya merupakan pos militer, di Numidia (lokasi Numida mencakup wilayah Aljazair, dan sebagian kecil Tunisia dan Libya saat ini). Madaurus sendiri adalah tempat di mana nantinya Santo Agustinus atau Agustinus dari Hippo (354-430) memperoleh pendidikan awal pada tahun 366 hingga 370.
Peta wilayah Romawi tahun 180. Sumber: phillipkay.wordpress.com
Ayah Apuleius adalah seorang duumvir, atau pejabat pengadilan tingkat provinsi. Pada saat ayahnya wafat, Apuleius bersama seorang saudaranya mendapat warisan dalam jumlah hampir mencapai dua juta sestertius. Sebagai catatan pembanding: gaji pasukan legiuner Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Domintianus (menjabat tahun 81-96) sekitar 3,3 sestertii per hari, sebuah catatan Romawi tahun 75-125 mencatat seorang pria bernama Vegetus membeli seorang budak perempuan seharga 600 denarii atau 2400 sestertii.

Reruntuhan kota Madaurus. Sumber: expertalgeria.com
Apuleius memanfaatkan harta warisannya untuk belajar dan berkelana. Ia belajar dari seorang guru di Kartago (Carthage/Qart-Hadast), kemudian belajar filsafat Platonis dan materi-materi lain di Athena. Ia kemudian pergi ke Roma untuk belajar retorika, dan kemungkinan juga dapat berkesempatan bekerja di pengadilan, sebelum pulang ke kampung halamannya.

Apuleius juga berkelana ke Asia Minor dan Mesir sembari belajar filsafat dan agama. Apuleius, misalnya, menjalin kontak dengan penganut kepercayaan dan pemuja Isis, Dewi Mesir. Memang, selain topik-topik “umum” bagi seorang pelajar pada masanya, Apuleius menaruh minat pada kajian agama-agama Mediterania pada zaman tersebut –khususnya agama-agama wilayah Mediterania Timur.
Fresco Kuil Isis di kota Pompeii, abad I. Sumber: commons.wikimedia.org
Menurut catatan penulis lain, Santo Agustisnius dari Hippo, Apuleius pernah menjadi sacerdos provinciae Africae atau Imam Provinsi Kartago. Sementara berdasarkan catatan Apuleius sendiri yang berjudul Apologia, ia telah melakukan inisiasi ke dalam beberapa kelompok Misteri Yunani-Romawi, salah satu di antaranya kultus Misteri Dionysian. Dalam karyanya yang lain yang berjudul Florida, Apuleius menyebut bahwa dirinya adalah seorang Imam Dewa Asclepius.

Dituduh menggunakan sihir untuk memikat janda kaya
Berdasarkan risalah yang tertulis di Apologia, tak lama setelah kembali ke kampung halamannya, Apuleius melanjutkan pengembaraannya, kali ini menuju Iskandariyah (Alexandria). Dalam perjalanan tersebut, Apuleius jatuh sakit saat tiba di kota Oeia (sekarang terletak di kota Tripoli, Libya). Apuleus diterima dan dirawat di rumah Sicinius Pontianus, yang merupakan teman Apuleius yang telah ia kenal saat ia belajar di Athena.

Sinicinius Pontianus telah menikah dengan putri dari seorang bernama Herennius Rufinus. Sementara ibu Sicinius Pontianus, yang bernama Aemilia Pudentilla, adalah seorang janda kaya. Menurut catatan Apologia bagian ke 73, dengan persetujuan –juga bujukan– Sicinius Pontianus, Apuleius setuju untuk menikah dengan Aemilia Pudentilla.

Herennius Rufinus geram dengan pernikahan Apuleius, karena dengan demikian kekayaan Aemilia Pudentilla tidak akan jatuh ke tangannya. Herennius Rufinus menghasut adik lelakinya yang bernama Sinicius Pudens, dan paman dari pihak ayahnya yang bernama Sicinius Aemilianus, untuk bersatu menentang Apuleius. Mereka menuduh Apuleius menggunakan sihir untuk mempengaruhi (dan mendapatkan kekayaan) Pudentilla.

Dalam Apologia, Apuelius sendiri menuduh bahwa Rufinus telah menjadikan rumahnya sebagai rumah bordil dan melacurkan istrinya sendiri. Berikut potongan paragraf pertama dari bagian ke 75 dalam bahasa Latin:
in hac etiam aetate qua nunc est -- qui istum di perduint! multus honos auribus praefandus est -- domus eius tota lenonia, tota familia contaminata: ipse propudiosus, uxor lupa, filii similes: prorsus diebus ac noctibus ludibrio iuuentutis ianua calcibus propulsata, fenestrae canticis circumstrepitae, triclinium comisatoribus inquietum, cubiculum adulteris peruium; neque enim ulli ad introeundum metus est, nisi qui pretium marito non attulit.

Berikut terjemahan bahasa Inggris dari penggalan di atas yang dikerjakan oleh tim dari Georgetown University:
Even at his current age -- may the gods ruin him! (and may your ears excuse me) -- his house is Pimp Central, his whole family is diseased! He himself is a disgrace, his wife is a whore, and their children are much the same. Day and night he's made an ass of***: his door is smashed with young men's kicks, his windows are beseiged by the sounds of singers, his couches buzz with wild revelry, his bedroom is the Route 66 of adulterers: no one's afraid to go in, unless he doesn't pay his toll to the husband.
[**Catatan: Pimp adalah sebutan untuk mucikari, Route 66 adalah salah satu jalan nasional di Amerika Serikat yang membentang dari Chicago, Illinois hingga Los Angeles**]

Sengketa ini dibawa ke pengadilan di Sabratha (kini terletak di dekat kota Tripoli) , sekitar tahun 158-159. Dalam kasus tersebut, yang bertindak sebagai hakim adalah Claudius Maximus, proconsul Africa, yang juga seorang filsuf Stoisisme dan guru dari Kaisar Marcus Aurelius. Pada kasus ini, Apuleius akhirnya dibebaskan dari tuduhan lawan-lawannya.
[**Baca juga: Meditations dan Patung Kuda “Kaisar Bersama” Marcus AureliusKaum Stoa, Pengguna Istilah “Logika” Pertama KaliReview Buku Filosofi Teras(Stoisisme) karya Henry Manampiring**]

Kisah pembelaan Apuleius terhadap tuduhan pemakaian sihir ini ia catat dalam karyanya yang berjudul Apologia. Berdasarkan karya Apuleius yang lain, kita bisa mengetahui bahwa ia menaruh minat dan memiliki wawasan yang luas akan keusastraaan. Apuleius sesekali memberikan pidato di depan umum dan mendapat sambutan yang luar biasa dari khayalak; ia juga menjadi pewara pertunjukan gladiator dan adu binatang buas di provinsinya. Patung-patung Apuleius telah dibuat untuk menghormatinya oleh senat Kartago dan senat lainnya.
[**Baca juga: Dua Maximus: Gladiator & Pejabat, Fiksi & Nyata, pada Film & Buku**]

Tanggal, lokasi, dan bagaimana kematian Apuleius tidak dapat dipastikan. Tidak ada catatan tentang kegiatan Apuleius setelah 170, hal yang membuat beberapa peneliti memperkirakan bahwa pada sekitar tahun tersebut ia telah meninggal, meskipun para peneliti lain menduga bahwa Apuleius mungkin masih hidup di 180 atau bahkan 190. 

Karya-Karya Apuleius
Metamorphoses terjemahan Firenzuola Fiorentino, tahun 1587. Sumber: maggs.com
Pengalaman pengembaraan dan kontak dengan kelompok-kelompok Misteri membantu Apuleius dalam penulisan karya-karyanya. Selain dua karya terkenal yang berjudul The Golden Ass dan The Apologia, Apuleius juga telah membuat karya lain.

Berikut uraian singkat dari beberapa karya Apuleius:
v  The Golden Ass
The Golden Ass atau Keledai Emas atau Asinus aureus dalam bahasa Latin, merupakan sebutan Santo Agustinus dari Hippo untuk karya yang berupa novel ini. Selain judul tersebut, karya ini kerap disebut sebagai Metamorphoses. Karya ini merupakan satu-satunya novel Romawi kuno dalam bahasa Latin yang masih utuh tiap bagiannya.
Metamorphoses adalah sebuah novel yang menceritakan kisah seorang bernama Lucius, yang diceritakan sebagai seorang tokoh yang tertarik dengan sihir. Saat ia mencoba mantra untuk berubah menjadi burung nasar, ia tidak sengaja berubah menjadi seekor keledai. Novel berlanjut menceritakan Lucius yang kemudian melakukan perjalanan.
Pada akhirnya, Lucius selamat berkat kuasa dari Dewi Isis, dan Lucius bergabung dengan kultus Dewi tersebut. Apuleius begitu fasih menulis bagian-bagian yang berhubungan dengan Isis dan ritus imamatnya, sehingga para peneliti menduga bahwa Apuleius sendiri adalah seorang Imam Isis. Di akhir cerita juga diungkapkan bahwa Lucius berasal dari Madaurus –kota kelahiran Apuleius.
Begitulah asal mula sebutan sebutan Lucius Apuleius Madaurensis, karena berbagai kemiripan antara tokoh Lucius dengan kehidupan Apuleius, termasuk bahwa mereka berasal dari kota yang sama.

v  The Apologia
Apologia, atau nama lengkap dalam bahasa Latinnya Apulei Platonici pro Se de Magia, adalah catatan Apuleius mengenai pengadilan yang ia jalani di Sabratha dengan tuduhan bahwa ia menggunakan sihir untuk memikat seorang janda kaya. Perihal kasus ini, telah diuraikan di bagian terdahulu artikel ini.
Apologia pada dasarnya adalah karya historis, yang mengandung banyak informasi tentang sihir, kehidupan di Afrika Utara sekitar abad kedua, serta tentang Apuleius sendiri. Meski demikian, karya ini juga masih memiliki nilai sastrawi.

v  Karya-Karya Lainnya
  ü  Florida, kompilasi pidato-pidato dan pengajaran Apuleius
  ü  De Platone et dogmate eius (On Plato and His Doctrine)
  ü  On the Universe
  ü  De Deo Socratis (On the God of Socrates)
  ü  Apuleius juga menerjemahkan Phaedo karya Plato. Selain itu ia juga menulis karya-karya lain yang kini telah hilang, dari topik puisi, sejarah, astronomi, musik, hingga aritmatika.

v  Karya yang salah diatribusikan kepada Apuleius
ü  Peri Hermeneias (On Interpretation), sebuah panduan singkat dalam bahasa Latin tentang logika Aristotelian
ü  Asclepius, terjemahan dari sebuah dialog Yunani yang telah hilang yang menampilkan Asclepius dan Hermes Trismegistus.

Apuleian Sphere
Apuleian Sphere atau Petosiris's Circle. Sumber: commons.wikimedia.org
Apuleian Sphere atau bulatan Apuleius adalah lambang/simbol magis yang digunakan untuk mempediksi kelangsungan hidup seorang pasien. Apulieian Sphere yang disebut juga dengan “Columcille's Circle", “Democritus's Sphere” atau "Petosiris' Circle” ini dicatat dalam Petosisris to Nechepso, sebuah warkat yang berisi tentang teknik ramalan kuno menggunakan numerologi dan diagram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar