![]() |
Lucius Apuleius dari Madaurus. Sumber: en.wikipedia.org |
Apuleius,
adalah seorang orator, filsuf Platonis, dan penulis berbahasa Latin. Ia hidup
pada sekitar abad 1 Masehi. Selama Apuleius hidup, Romawi berada di bawah
pimpinan Kaisar Hadrianus, Kaisar Antoninus Pius, dan Kaisar Marcus Aurelius.
Apuleius kerap disebut juga sebagai Lucius Apuleius Madaurensis, dimana sebutan
Lucius diambil dari nama tokoh utama dalam salah satu karya yang ditulis
Apuleius.
Apuleius
belajar filsafat Platonisme di Yunani, berpetualang ke Asia Minor (sekarang
wilayah sekitar Turki-Yunani), Italia, dan Mesir. Ia mahir bahasa Yunani dan
Latin, serta memiliki pengetahuan mendalam akan berbagai bacaan dari dua bahasa
tersebut. Ia telah menulis beberapa karya, salah satunya adalah novel berjudul The Golden Ass (Keledai Emas). Apuleius
juga berinisiasi (mystai) ke beberapa kelompok kultus Misteri Yunani-Romawi.
[**Baca juga entri lain di blog ini tentang inisiasi: Saya dan Insan-Insan Theosofi Indonesia; INISIASI, Sebuah Sajak Filsafat; Review Occult Forces, Film NAZI bertema Propaganda anti-Freemason **]
[**Baca juga entri lain di blog ini tentang inisiasi: Saya dan Insan-Insan Theosofi Indonesia; INISIASI, Sebuah Sajak Filsafat; Review Occult Forces, Film NAZI bertema Propaganda anti-Freemason **]
Biografi Apuleius
Apuleius
lahir sekitar tahun 124, di Madaurus (sekarang bernama M’Daourouch, yang
terletak di negara Aljazair). Madaurus saat itu merupakan colonia, atau kota Romawi yang pada awalnya merupakan pos militer,
di Numidia (lokasi Numida mencakup wilayah Aljazair, dan sebagian kecil Tunisia
dan Libya saat ini). Madaurus sendiri adalah tempat di mana nantinya Santo
Agustinus atau Agustinus dari Hippo (354-430) memperoleh pendidikan awal pada
tahun 366 hingga 370.
![]() |
Peta wilayah Romawi tahun 180. Sumber: phillipkay.wordpress.com |
![]() |
Reruntuhan kota Madaurus. Sumber: expertalgeria.com |
Apuleius
juga berkelana ke Asia Minor dan Mesir sembari belajar filsafat dan agama. Apuleius,
misalnya, menjalin kontak dengan penganut kepercayaan dan pemuja Isis, Dewi
Mesir. Memang, selain topik-topik “umum” bagi seorang pelajar pada masanya,
Apuleius menaruh minat pada kajian agama-agama Mediterania pada zaman tersebut
–khususnya agama-agama wilayah Mediterania Timur.
![]() |
Fresco Kuil Isis di kota Pompeii, abad I. Sumber: commons.wikimedia.org |
Dituduh menggunakan
sihir untuk memikat janda kaya
Berdasarkan
risalah yang tertulis di Apologia, tak
lama setelah kembali ke kampung halamannya, Apuleius melanjutkan
pengembaraannya, kali ini menuju Iskandariyah (Alexandria). Dalam perjalanan
tersebut, Apuleius jatuh sakit saat tiba di kota Oeia (sekarang terletak di kota
Tripoli, Libya). Apuleus diterima dan dirawat di rumah Sicinius Pontianus, yang
merupakan teman Apuleius yang telah ia kenal saat ia belajar di Athena.
Sinicinius
Pontianus telah menikah dengan putri dari seorang bernama Herennius Rufinus.
Sementara ibu Sicinius Pontianus, yang bernama Aemilia Pudentilla, adalah
seorang janda kaya. Menurut catatan Apologia
bagian ke 73, dengan persetujuan –juga bujukan– Sicinius Pontianus,
Apuleius setuju untuk menikah dengan Aemilia Pudentilla.
Herennius
Rufinus geram dengan pernikahan Apuleius, karena dengan demikian kekayaan
Aemilia Pudentilla tidak akan jatuh ke tangannya. Herennius Rufinus menghasut
adik lelakinya yang bernama Sinicius Pudens, dan paman dari pihak ayahnya yang
bernama Sicinius Aemilianus, untuk bersatu menentang Apuleius. Mereka menuduh
Apuleius menggunakan sihir untuk mempengaruhi (dan mendapatkan kekayaan)
Pudentilla.
Dalam
Apologia, Apuelius sendiri menuduh bahwa Rufinus telah menjadikan rumahnya
sebagai rumah bordil dan melacurkan istrinya sendiri. Berikut potongan paragraf
pertama dari bagian ke 75 dalam bahasa Latin:
in hac etiam aetate qua nunc est -- qui istum di perduint! multus honos auribus praefandus est -- domus eius tota lenonia, tota familia contaminata: ipse propudiosus, uxor lupa, filii similes: prorsus diebus ac noctibus ludibrio iuuentutis ianua calcibus propulsata, fenestrae canticis circumstrepitae, triclinium comisatoribus inquietum, cubiculum adulteris peruium; neque enim ulli ad introeundum metus est, nisi qui pretium marito non attulit.
Berikut
terjemahan bahasa Inggris dari penggalan di atas yang dikerjakan oleh tim dari Georgetown University:
Even at his current age -- may the gods ruin him! (and may your ears excuse me) -- his house is Pimp Central, his whole family is diseased! He himself is a disgrace, his wife is a whore, and their children are much the same. Day and night he's made an ass of***: his door is smashed with young men's kicks, his windows are beseiged by the sounds of singers, his couches buzz with wild revelry, his bedroom is the Route 66 of adulterers: no one's afraid to go in, unless he doesn't pay his toll to the husband.
[**Catatan:
Pimp adalah sebutan untuk mucikari, Route 66 adalah salah satu jalan nasional
di Amerika Serikat yang membentang dari Chicago, Illinois hingga Los Angeles**]
Sengketa
ini dibawa ke pengadilan di Sabratha (kini terletak di dekat kota Tripoli) ,
sekitar tahun 158-159. Dalam kasus tersebut, yang bertindak sebagai hakim adalah
Claudius Maximus, proconsul Africa,
yang juga seorang filsuf Stoisisme dan guru dari Kaisar Marcus Aurelius. Pada
kasus ini, Apuleius akhirnya dibebaskan dari tuduhan lawan-lawannya.
[**Baca juga: Meditations dan Patung Kuda “Kaisar Bersama” Marcus Aurelius; Kaum Stoa, Pengguna Istilah “Logika” Pertama Kali; Review Buku Filosofi Teras(Stoisisme) karya Henry Manampiring**]
[**Baca juga: Meditations dan Patung Kuda “Kaisar Bersama” Marcus Aurelius; Kaum Stoa, Pengguna Istilah “Logika” Pertama Kali; Review Buku Filosofi Teras(Stoisisme) karya Henry Manampiring**]
Kisah
pembelaan Apuleius terhadap tuduhan pemakaian sihir ini ia catat dalam karyanya
yang berjudul Apologia. Berdasarkan
karya Apuleius yang lain, kita bisa mengetahui bahwa ia menaruh minat dan memiliki
wawasan yang luas akan keusastraaan. Apuleius sesekali memberikan pidato
di depan umum dan mendapat sambutan yang luar biasa dari khayalak; ia juga
menjadi pewara pertunjukan gladiator dan adu binatang buas di provinsinya. Patung-patung
Apuleius telah dibuat untuk menghormatinya oleh senat Kartago dan senat lainnya.
[**Baca juga: Dua Maximus: Gladiator & Pejabat, Fiksi & Nyata, pada Film & Buku**]
[**Baca juga: Dua Maximus: Gladiator & Pejabat, Fiksi & Nyata, pada Film & Buku**]
Tanggal,
lokasi, dan bagaimana kematian Apuleius tidak dapat dipastikan. Tidak ada
catatan tentang kegiatan Apuleius setelah 170, hal yang membuat beberapa
peneliti memperkirakan bahwa pada sekitar tahun tersebut ia telah meninggal,
meskipun para peneliti lain menduga bahwa Apuleius mungkin masih hidup di 180
atau bahkan 190.
Karya-Karya Apuleius
![]() |
Metamorphoses terjemahan Firenzuola Fiorentino, tahun 1587. Sumber: maggs.com |
Berikut
uraian singkat dari beberapa karya Apuleius:
v
The Golden Ass
The
Golden Ass atau
Keledai Emas atau Asinus aureus dalam
bahasa Latin, merupakan sebutan Santo Agustinus dari Hippo untuk karya yang
berupa novel ini. Selain judul tersebut, karya ini kerap disebut sebagai Metamorphoses. Karya ini merupakan
satu-satunya novel Romawi kuno dalam bahasa Latin yang masih utuh tiap
bagiannya.
Metamorphoses
adalah sebuah novel
yang menceritakan kisah seorang bernama Lucius, yang diceritakan sebagai
seorang tokoh yang tertarik dengan sihir. Saat ia mencoba mantra untuk berubah
menjadi burung nasar, ia tidak sengaja berubah menjadi seekor keledai. Novel
berlanjut menceritakan Lucius yang kemudian melakukan perjalanan.
Pada akhirnya, Lucius selamat berkat
kuasa dari Dewi Isis, dan Lucius bergabung dengan kultus Dewi tersebut. Apuleius
begitu fasih menulis bagian-bagian yang berhubungan dengan Isis dan ritus
imamatnya, sehingga para peneliti menduga bahwa Apuleius sendiri adalah seorang
Imam Isis. Di akhir cerita juga diungkapkan bahwa Lucius berasal dari Madaurus
–kota kelahiran Apuleius.
Begitulah
asal mula sebutan sebutan Lucius Apuleius Madaurensis, karena berbagai
kemiripan antara tokoh Lucius dengan kehidupan Apuleius, termasuk bahwa mereka
berasal dari kota yang sama.
v
The Apologia
Apologia, atau nama lengkap dalam bahasa
Latinnya Apulei Platonici pro Se de Magia,
adalah catatan Apuleius mengenai pengadilan yang ia jalani di Sabratha dengan
tuduhan bahwa ia menggunakan sihir untuk memikat seorang janda kaya. Perihal
kasus ini, telah diuraikan di bagian terdahulu artikel ini.
Apologia pada dasarnya adalah karya historis,
yang mengandung banyak informasi tentang sihir, kehidupan di Afrika Utara
sekitar abad kedua, serta tentang Apuleius sendiri. Meski demikian, karya ini
juga masih memiliki nilai sastrawi.
v
Karya-Karya Lainnya
ĂĽ Florida, kompilasi pidato-pidato dan
pengajaran Apuleius
ĂĽ De
Platone et dogmate eius (On Plato and His Doctrine)
ĂĽ On
the Universe
ĂĽ De
Deo Socratis (On the God of Socrates)
ĂĽ Apuleius juga menerjemahkan Phaedo karya Plato. Selain itu ia juga
menulis karya-karya lain yang kini telah hilang, dari topik puisi, sejarah,
astronomi, musik, hingga aritmatika.
v
Karya yang salah diatribusikan
kepada Apuleius
ĂĽ
Peri Hermeneias (On
Interpretation), sebuah panduan singkat dalam bahasa Latin tentang logika
Aristotelian
ĂĽ
Asclepius, terjemahan dari sebuah dialog
Yunani yang telah hilang yang menampilkan Asclepius dan Hermes
Trismegistus.
Apuleian Sphere
![]() |
Apuleian Sphere atau Petosiris's Circle. Sumber: commons.wikimedia.org |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar